"Wanita Pemilik Dua Selendang"
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Apa kabar teman-teman sekalian?
Semoga teman-teman selalu dalam lindungan dan rahmat Allah subhanahu wata'ala.
Sesuai janji, aku akan membagikan kisah mengenai seorang wanita hebat yang hidup di zaman Rasulullah Sallallahu'alaihi wasallam.
Siapakah wanita hebat ini?
Mungkin teman-teman sudah bisa menebak dari judul yang tertera.
Siapakah dia?
Ya benar, dia adalah Asma' binti Abu Bakar yang merupakan putri dari Sahabat dan juga Ayah mertua Rasulullah SAW.
Asma' binti Abu Bakar merupakan wanita paling beruntung dan diberkahi oleh Allah. Bagaimana tidak? beliau dikelilingi oleh orang-orang shalih, mulai dari ayahnya Abu Bakar yang merupakan orang pertama yang dijamin masuk syurga, adiknya yaitu Aisyah ra. yang merupakan istri manusia paling agung dan mulia sepanjang masa yakni Rasulullah SAW dan suaminya Zubair bin Awwam seorang Al-Hawari (pengawal setia) Rasulullah SAW. Selain itu, kakek, nenek serta bibinya juga termasuk dalam golongan orang-orang shalih.
Sebelum bercerita mengenai bagaimana Asma' mendapat julukan "Wanita pemilik dua selendang", Aku ingin menceritakan betapa Asma' binti Abu Bakar sangat menjaga perasaan suaminya Zubair.
Asma' bercerita bahwasannya suatu hari dia pergi ke kebun kurma milik Zubair yang jaraknya sekitar 3,4 km dari tempat tinggalnya. Hari itu, Asma' membawa kurma-kurma yang telah dipetiknya di atas kepala. Di perjalanan pulang, Asma' bertemu dengan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya dan ditawarkan untuk menunggangi untanya karena Rasulullah merasa tidak tega melihat Asma' membawa kurma-kurma itu seorang diri. Asma' terdiam karena malu dan memikirkan perasaan suaminya Zubair yang dikenalnya sangat pencemburu. Melihat Asma' yang malu, Rasulullah SAW memahami hal tersebut akhirnya melanjutkan perjalanan bersama rombongannya. Dan Asma' juga melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki sambil membawa kurma di atas kepalanya.
MashaAllah, betapa sholehahnya Asma' terhadap suaminya dengan berhati-hati dalam berperilaku.
Seperti yang kita tahu, kondisi jazirah arab sangatlah panas, gersang, dan berdebu. Bayangkan betapa sabarnya Asma' untuk rela berpanas-panasan tanpa berucap keluh kesah demi menjaga perasaan suaminya. Padahal saat itu suaminya tidak ada bersamanya dan juga tidak akan tahu andaikan Ia menerima tawaran Rasulullah SAW.
Kita juga bisa membayangkan kesabaran Asma' binti Abu Bakar melalui perannya dalam kisah perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah. Dimana karena peristiwa inilah Asma' mendapat julukan "dzaatun nithaaqain".
Bagaimana kisahnya?
Mari kita mulai...
Pasti teman-teman sudah tau bahwasannya kaum muslimin mekkah sebagian Hijrah ke Madinah terlebih dahulu daripada Rasulullah SAW.
Sampai pada suatu hari, Allah memberikan perintah kepada Rasulullah SAW melalui Jibril untuk Hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW sangat amat gembira mendengar kabar tersebut dan bergegas menemui Abu Bakar untuk menyampaikan apa yang didengarnya dan memintanya untuk menemani perjalanan hijrahnya tersebut. Setelah mendengar hal tersebut, Abu Bakar langsung memberi pesan dan tugas kepada anak-anaknya termasuk Asma'. Pada saat itu, Asma' diberi tugas untuk membawakan bekal untuk sang ayah dan Rasulullah SAW ke Gua Tsur pada malam hari. Asma' memikul bekal tersebut menggunakan selendangnya yang dibelah menjadi dua. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memberinya julukan "Wanita Pemilik Dua Selendang".
Tahukah teman-teman jika pada saat itu ada kondisi luar biasa yang dialami Asma'?
Ya, saat itu Asma' sedang hamil tua.
Pada saat diberikan tugas tersebut, Asma' tengah mengandung putranya Abdullah. Dalam kondisi tersebut, Asma' tetap sami'na wa atho'na dan sabar dalam menjalankan tugasnya. Padahal jalur yang dilaluinya cukup ekstrim dan berbahaya, namun sekali lagi Asma' menjalaninya dengan sabar.
Kisah Asma' ini memberikan pelajaran dan menambah semangat bagi kita para wanita muslim. Meskipun kita perempuan, seorang anak, istri bahkan seorang ibu kita tetap bisa berkontribusi dan bekerja dengan maksimal memberikan serta menebarkan kebermanfaatan bagi ummat.
Perempuan menempuh pendidikan dan karir yang tinggi?
Kuliah atau kerja sambil hamil/mengasuh anak?
InshaAllah kita tetap bisa melakukan hal-hal tersebut dengan catatan masih dalam koridor islam (Mendapat izin dari wali baik orang tua atau suami, menjaga aurat dan kehormatannya). Tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti berkarya hanya karena kita seorang wanita.
Teruslah berjuang wahai para wanita muslimah....
Terima kasih dan semoga bermanfaat :)
In Order to Celebrate International Women's Day
Referensi:
Mahmud Al-Mishri. 2009. 35 Sirah Shahabiyah, jilid ke-2. Terjemahan: Asep Sobari Lc. & Muhil Dhofir, Lc. Al-I'tishom Cahaya Umat, Jakarta Timur.
Comments
Post a Comment