FOR MEN: DON'T CONFESS YOUR FEELINGS IF YOU CAN'T PROVE IT
Kira-kira kalian bisa nebak nggak dari judul, aku bakal bahas apa?
Actually, it is something that i've never told anyone in public, cuma teman-teman dekat atau kerabat aja yang pernah aku ceritain tentang hal ini.
But, I've decided to share it with you guys, karena aku berharap, bagian ini juga bisa jadi pelajaran bagi para pembaca. Dan Aku akan buat dua bagian, dan bagian pertama ini aku tujukan secara khusus untuk para pembaca pria, terkhusus pria muslim di luar sana.
Tentu aku harus menceritakan beberapa latar dulu ya, supaya ceritanya lebih mengalir.
it is about me...
Aku seorang wanita muslimah yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang Islami. Meskipun orang tua aku nggak pernah secara berkala mengedukasi aku dan adik-adik tentang haramnya berpacaran atau jenis-jenis pergaulan lainnya yang melanggar syariat, aku cukup memahami hal-hal tersebut, bahkan sejak aku SD.
Sejak kecil, memang entah sudah secara alamiah atau bukan, tapi pergaulangku, baik di rumah atau sekolah memang sudah terkelompok, bermain sesama perempuan, kecuali kalau bermain sebuah permainan yang membutuhkan partisipasi banyak, contohnya petak umpet dsb, maka yaa campur bermain dengan laki-laki dan perempuan. lalu, entah memang sudah bawaan atau karena lingkungan keluarga, aku sewaktu kecil adalah anak perempuan yang cukup pemalu, so sangat malu bagi aku untuk bermain dengan lawan jenis.
Move on ke masa remaja, aku masuk ke sekolah asrama/pesantren, dimana siwa dan siswinya ditempatkan secara terpisah. jadi dalam satu kelas atau lingkungan sekolah hanya ada siswi perempuan aja. Karena pesantren, pastinya punya peraturan ketat dong ya, supaya pergaulan antara siswa/siswi-nya tidak terjadi. Selain karena peraturan, dalam diri aku kayak sudah tertanam bahwa pergaulan lawan jenis itu sesuatu yang "harus hati-hati", kalau tidak ada kebutuhan, yaa untuk apa berteman. Dan pada masa-masa SMP - SMA, aku tidak melihat ada kebutuhan berteman dengan lawan jenis.
Lanjut ke masa kuliah, di kelas juga tidak ada mahasiswa laki-laki. Sejauh itu, dalam pikiranku, wahh apakah ini cara Allah menjaga aku dari hal-hal yang namanya "Pacaran" atau perilaku-perilaku yang mencermikan hal tersebut ?
Aku baru benar-benar berinteraksi cukup intensif (tentunya karena ada perihal ya) ketika aku masuk sebuah organisasi/komunitas pemuda/i muslim. Pernah juga sebelumnya ikut sebuah pelatihan, dimana pelatihan tersebut juga bercampur peserta laki-laki dan perempuan. Intinya, baru lumayan banyak interaksi dengan lawan jenis ketika aku lulus kuliah.
Oh iya, fun fact, pada masa itu aku bener-bener memberi batasan diri aku berinteraksi dengan lawan jenis. Karena banyak terjadi interaksinya di dunia maya/social media, jadi akutuh punya template sendiri gitu kalau menhubungi lawan jenis, templatenya FORMAL wkwk, formal banget, sebisa mungkin minim atau bahkan no emot atau taukan chat yang "okee/yaa" dsb yang seolah dibuat terkesan ramah. Pokoknya kakuu banget. Tapi yaa, it's a principle i live by. Aku merasa aman aja gitu dengan mempraktikan hal tsb.
Oke balik lagi, aku tadi bilang kan kalau setelah lulus, bahkan sebelum lulus kuliah, kalau aku masuk sebuah organisasi/komunitas pemuda/i muslim.
Dan tau nggak apa mindset yang aku dapat selama bertahun-tahun menjadi komunitas tsb?
"Oh ternyata, bisa loh berinteraksi secara profesional dan sedikit luwes dengan lawan jenis, aman kok, tidak terjadi hal-hal yang melanggar syariat, yahh biar ga dianggap kaku-kaku amat juga" Pikirku beberapa tahun lalu. Meskipun, aku tetap punya prinsip ya, aku punya prinsip bisa luwes atau bercanda di grup, but not in personal room chat, kecuali dalam hal support, misal ada pencapaian atau karya yg diunggah rekan/teman lawan jenis, masih make sense buat aku like/DM/replay massage u/ support.
Intinya, organisasi ini, bantu aku beradaptasi berinteraksi dengan lawan jenis dan...membuat mindset tadi. Dan setelah itu, akupun jadi lebih "luwes", meskipun mungkin ada yang berpikiran aku masih agak kaku hehe.
Lanjut...
Pada masa tertentu, karena ada keperluan, aku harus berada di sebuah lingkungan heterogen, yang becampur laki-laki dan perempuan, bermacam-macam latar belakang.
And something happened. Something unexpected.
Dari hasil refleksi dan analisisku, karena mindset baru tadi, yang membuatku berpikir berinteraksi dengan lawan jenis bisa aman, membuat aku jadi lebih ramah/tidak kaku ketika berinteraksi dengan lawan jenis. Sebenernya, hasil refleksiku, kemungkinan aku jumawa, merasa tidak akan diuji ketika bermindset seperti itu.
Emang apasih yang terjadi?
Aku berkomunikasi dengan lawan jenis, yang ternyata tertarik padaku. Jujur, pada awal percakapan aku merasa curiga, tapi... aku denial dengan pikiran,
"Ah mungkin emang dia orangnya ramah"
"Ah mungkin emang dia kayak gini ke semua orang"
"Ga usah suudzon deh, lumayan tau klo relative w/ this person, i'll get some benefits"
dsb
Jadi tingkat kewaspadaan aku menurun dan shaitan did his job in that situation.
Sejujurnya kami tidak berkomunikasi yang aneh-aneh dan tidak se-intense itu juga (yang tiap hari dsb). Tp yang aku sadari, kami tidak berkomunikasi yang penting.
karena denial dan jumawaku, percakapan/interaksi tetap terjadi.
Pada saat itu, secara psikis aku juga sedang tidak baik. So, a little care could possibly to sth special. And make a little comforting that makes me "okay let it be.."
Until one point, si laki-laki tersebut menulis pesan tersirat yang aneh, dan aku curiga kalau "Kok aneh ya?, kayaknya hal kyk gini gak biasa deh", dan aku kasih tau ke adik aku pertama kali tentang percakapan kami
Aku nanya "Ada laki-laki, chat kayak gini, menurut kamu kenapa ya?"
Aku nanya "Ada laki-laki, chat kayak gini, menurut kamu kenapa ya?"
Dan adik aku intinya menjawab kalau kemungkinan si laki-laki ini tertarik sama aku
Terus aku bingung,
"kalau gitu, interaksi ini udah masuk berkhalwat dong.."
"Ga bisa dong kalau gitu"
"tapi bukannya dia denger-denger lagi berproses sama perempuan lain ya?"
Setelah itu, aku berani-berani ragu, menggiring percakapan ke arah dimana aku berpesan mengetahui yg si laki-laki tsb rasakan (ketertarikan), meskipun aku juga gatau pasti juga bener atau enggak. Sampai akhirnya dia menyatakan secara jelas dan tersurat ketertarikannya denganku.
Karena aku punya prinsip u/ tidak melampaui batas berinteraksi dengan lawan jenis (meskipun aku khilaf pada saat itu telah melampaui batas), dan di titik yang memang siap berproses taaruf/apapun itu menuju perinakahan, maka aku jadi lebih berani.
Aku berani menanyakan tentang apakah si laki-laki tersebut benar sedang berproses dengan perempuan lain atau itu hanya rumor. yaa, kalau hanya rumor dan dia tertarik, its okay for me going through a ta'aruf (yg benar ya, dengan perantara), daripada berbalas pesan/interaksi yang potentially haram.
And ofc, you've already guess his answer. He had engage with another women. and he said he was sorry for doing that (trying to interact and get my intention).
Thats the end of the background story guys...
Setelah itu, dalam kepala aku bertanya-tanya, "Kenapa? he's engage with someone else, why he'd do that to me?"
Menurutku, perilaku tersebut tidak dapat dinormalisasikan.
Dan pada akhirnya, aku memutuskan kontak dengan laki-laki tersebut. Menurutku, itu cara terbaik bagiku menyelamatkan diri.
Karena, aku tak mau jatuh ke lubang yang sama.
Pesanku u/ para lelaki khususnya muslim di luar sana:
Kalau kamu belum siap membuktikan rasamu terhadap perempuan yang kamu tuju, maka jangan mencoba sesuatu yang melampau batas atau syariat. Terutama kalau kamu tau, kalau kamu tidak akan pernah bisa membuktikannya ke perempuan tersebut, maka menjauhlah. Batasi diri kamu. Kontrol diri kamu.
Beruntung jika perempuan yang kamu berikan perlakuan tersebut adalah perempuan berprinsip, yang akhirnya menyadari kalau kehadiran kamu adalah ujian dan pelajaran, bukan takdir terbaik untuk bersama/bersatu.
Bagaimana kalau perempuan tersebut adalah perempuan yang sangat rapuh hatinya. Perlakuanmu membuatnya berharap, seakan ada seseorang yang membantunya berenang ke permukaan, meyelamatkan dirinya yang tenggelam.
Mind your own nafs bro!
“I firmly declare: DON’T TOUCH MY MUSLIM SISTERS. If your intention is only to play with her or to satisfy your lust, then stop. If you persist in such actions and hurt my sisters, I will pray that Allah grants you a hard lesson that will lead you to repentance.”
to be continued...
Comments
Post a Comment